Rata-rata manusia hanya memanfaatkan sepuluh persen kemampuan pada
otaknya. Namun, bagaimana bila ada yang bisa mengakses kapasitas pusat
sistem saraf hingga mencapai seratus persen?
Itulah yang dialami Lucy (Scarlett Johansson)
saat perutnya dijejali bungkusan plastik berisi CPH4 yang tak lain
adalah narkotika jenis baru. Karena sebuah insiden, bungkusan tersebut
sobek dan isinya menyebar di sel-sel tubuh Lucy. Bukannya meninggal
lantaran overdosis, ia malah berubah menjadi manusia dengan kekuatan
otak luar biasa.
Dari sepuluh, kemampuan otak Lucy terus
bertambah beberapa persen. Namun kemudian ia menyadari bahwa
kesempurnaan tersebut akan membahayakan dirinya. Maka sebelum mencapai
angka seratus dan semuanya terlambat, ia harus melakukan sesuatu.
LUCY merupakan garapan teranyar Luc Besson yang memasang Scarlett Johansson sebagai heroine seksi dengan kekuatan berbahaya. Berbeda dari film-film sebelumnya, kali ini Besson merambah konsep rumit tentang sistem kerja otak, hakikat manusia sampai terbentuknya alam semesta.
Memang
tampak sangat serius, tapi tenang saja, fitur action sci-fi kali ini
masih stylist dan taktis dengan tambahan footage-footage mengasyikan ala
National Geography. Tak perlu memutar otak, hanya duduk dan nikmati
bagaimana bila seseorang dengan kemampuan otak 100% benar-benar ada di
sekitarmu.
Untuk kesekian kali, Scarlett Johansson
memerankan karakternya dengan sangat baik. Ia berhasil lepas dari
bayang-bayang Black Widow dalam Marvel Cinematic Universe meski dengan
mudah penonton akan membayangkan mungkin bakal seseru ini bila benar
Natasha Romanoff dibuatkan film solo (say hi to Marvel Studios).
Belum lagi kehadiran aktor Choi Min Sik yang dikenal lewat aktingnya dalam film Korea bertajuk OLDBOY
(versi remake Hollywood-nya cukup mengecewakan, omong-omong). Ia
berperan sebagai Mr Jang, bandar narkotika bengis yang mengejar-ngejar
Lucy demi mendapatkan sisa CPH4.
Kelemahan yang menjadi
perhatian saya ada pada pertengahan cerita ketika Lucy mendapatkan
kekuatannya. Di situ entah kenapa penuturan menjadi tidak seasyik
sebelumnya. Namun lepas dari itu Besson akan kembali membuatmu kesulitan
bernapas dengan sekuens kejar-kejaran di jalanan Eropa sampai adegan
aksi ala superhero komik.
Pada satu titik, saya berpikir mungkin Besson ingin bermain-main di ranah THE TREE OF LIFE atau 2001: A SPACE ODDYSEY
dan menunjukkan cara sederhana tentang filosofi kehidupan. Apapun itu,
ia sudah berhasil membuat penonton puas dan tak sadar lampu bioskop
sudah menyala.
0 comments:
Post a Comment